Menjadi mahasiswa HI jenius ala Yahudi (bagian 1)



Menjadi mahasiswa HI jenius ala Yahudi (bagian 1)


Diadaptasi dari buku jenaka  Jerome Becomes A Genius, oleh Eran Katz (http://www.erankatz.net/47282/jerome-info).  Berikut prinsip-prinsip untuk menjadi mahasiswa jenius  ala Yahudi:


P    1. Prinsip imajinasi; orang Yahudi menyembah Tuhan yang berbeda dengan masyarakat pagan pada jamannya. Tuhan Yahudi tidak dapat dilihat, disentuh, maupun dicium. Bangsa Yahudi mengandalkan imajinasi mereka untuk bisa menyembah Tuhan. Dari sinilah mereka mulai menemukan kekuatan dari imajinasi. Perjalanan sejarah bangsa mereka yang tragis semakin meyakinkan mereka akan kekuatannya. Hanya dengan imajinasilah mereka bisa bertahan dengan kesulitan-kesulitan yang mereka alami. Viktor Frankl, yang dikemudian hari dikenal sebagai seorang ahli psikologi ternama, sudah mulai mengimajinasikan dirinya berdiri di sebuah ruangan kuliah yang megah dengan dihadiri ribuan audien yang antusias menyimak kuliah psikologinya justru ketika dia berada di tempat terburuk, kamp konsentrasi Auschwitz. Imajinasi Frankl menjadi kenyataan!
Wahai para pelopor hubungan internasional! Jangan hanya bayangkan lulus dengan C, bayangkan nilai A, jangan hanya bayangkan lulus S1, bayangkan untuk meraih PhD. Sekali engkau memutuskan untuk meraih PhD., maka kau akan menjalani studimu seolah-olah kau memang sudah PhD. Itu artinya bahwa, engkau akan menjalani kuliah S1mu, mempelajari bahan-bahan, mengerjakan tugas dengan jalan pikiran bahwa itu semua adalah hal yang mudah.
“Bayangkan hal yang paling mustahil. Tetapkan sasaran-sasaran yang sangat tidak realistis, kemudian pikirkan secara praktis mengenai bagaimana kau bisa mencapainya, karena segalanya mungkin tercapai.”

2.   2. Prinsip tikus pengembara; Sepanjang sejarah, bangsa Yahudi telah diusir, dirampas hartanya, dipisahkan keluarga, dilarang memiliki tanah dan menetap di pedesaan. Hal ini membuat mereka selalu menyadari apapun  yang mereka miliki dan raih saat ini tetap memungkinkan untuk direnggut dari tangan mereka. Kenyamanan hidup dan keamanan finansial adalah sesuatu yang mahal bagi mereka. Justru inilah yang membuat banyak dari mereka menjadi orang jenius.  Keterbukaan pikiran dan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi yang berubah cepat adalah kuncinya. Tikus jalanan memiliki korteks otak yang lebih pekat dan penuh dibandingkan tikus yang hidup di kandang.  Jadi jangan pernah merasa nyaman (hanya di kelas). Teruslah mengembara secara fisik dan mental, agar mengalami dunia-dunia yang lain. Tiket promo bertebaran, ambilah kesempatan

3.   3.Prinsip Q & Q: Questions & Questions! Murid-murid yeshiva (pesantren ala yahudi) didorong untuk mempersulit guru mereka dengan pertanyaan-pertanyaan. Bertanya dan debatlah dosen anda. Jangan khawatir, hal ini justru menguntungkan dosen kalian karena dengan cara ini sang dosen terus belajar. Kitab Talmud pun memainkan peran sangat penting, karena disanalah justru tidak diperoleh jawaban final.  Talmud  bukan hanya sekedar untuk menghafal masa lalu, justru untuk mendiskusikan masa depan dengan cara baru. ’belajarlah terus, ajukan pertanyaan-pertanyaan dan jangan menerima sesuatu sebagai hal yang memang sudah seharusnya begitu.’

4.   4. Prinsip Kreativitas: upgrade dan Yahudisasi. Yahudi mengambil praktek khitanan dari bangsa Kanaan dan etnis Phoenix  dan menjadikannya ritual nasional yang orisinil  dan memiliki arti spiritual. Banyak hal yang diambil Yahudi dari bangsa lain untuk kemudian diadaptasi sesuai kebutuhan mereka.  Pusing dengan tema makalah atau skripsi? Carilah karya orang lain, adaptasi, modifikasi, gunakan sudut pandang lain, tingkatkan mutunya untuk menjadi karyamu yang orisinil. Tentu, yang dimaksud bukanlah plagiarisme. Mencari inspirasi untuk membuat karya yang 100% orisinil hanya akan menghabiskan waktumu.

5.   5. Prinsip Cari Rabi-mu, inspirasimu! Para pelajar Yahudi ketika sedang fokus belajar punya tradisi untuk mendapatkan berkah dari rabi atau menziarahi makam seorang tzaddik. Hal ini akan memberikannya keyakinan intelektual dan kemampuan untuk mengingat pelajarannya. Memori bekerja lebih baik bila engkau percaya, dan intelektual akan semakin kuat  ketika engkau memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Inspirasi menanamkan kepercayaan diri. Membangunkan keyakinan dan kekuatan di dalam diri tanpa kita sadari. Membantumu menjadi terbaik. Wahai para pelopor HI, carilah inspirasimu: diplomat yang kau kagumi, pemimpin yang kau cintai, dosen yang menginspirasi, para pemikir yang memukaumu..




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghidupkan Tradisi Skolastik Abad Pertengahan dalam Perkuliahan

Mengapa Amerika? bag.1

Google dan Universitas 2.0