Postingan

Menampilkan postingan dari 2013
Zaytuna College, Cetak Generasi Muslim AS Berkualitas M. Sigit AR (dimuat di majalah UMMI edisi Maret 2012) “ Salah satu permasalahan dakwah di Amerika Serikat adalah sulitnya mencari dai yang fasih berbahasa Inggris.” ( M Syamsi Ali, ulama di New York) Tak banyak yang tahu bahwa komunitas Muslim Amerika sudah hadir di negeri adidaya ini selama lebih dari empat generasi. Bahkan, sejarah mencatat, dua dari tiga kapten kapal yang mengantarkan Columbus menemukan benua Amerika, adalah Muslim. Martin Alonso Pinzon, Kapten Kapal Pinta, dan saudaranya, Vicente Yanex Pinzon, Kapten Kapal Nina, masih memiliki hubungan darah dengan Abuzayan Muhammad III, Sultan Maroko saat itu. Akan tetapi, masyarakat AS secara umum masih menganggap Muslim Amerika sebagai sekelompok orang asing yang tidak mau berasimilasi. Salah satu penyebabnya, menurut Shaykh Hamza Yusuf Hanson , pendiri Zaytuna College, ketika media massa terkemuka mewawancarai tokoh Muslim dari beberapa masjid atau
Morocco: The Beat of Islamic Tradition "You will see a lot of old and well-maintained buildings than in Europe," claims Nadir with his strange sound of Arabic Darija dialect. It was semester break and all I wanted was travelling to a unique and exotic place. Morocco became my first choice. My friendship with Nadir and other Moroccan immigrants in Selwerd Mosque, Groningen was the primary reason that motivated me to take this trip. It was a worthy and exciting trip. There was no trouble concerning visa because as Indonesians, I got free visa to do short term visit. Adding to that, Morocco is also relatively easy to reach by low-cost carriers from any European cities. The Richness of Tradition and Its Marvellous Mediterranean Panorama I travelled almost 1.000 km visiting cities in Morocco. It was started from Cassablanca and ended in Marrakech. In Cassablanca, I visited the second largest mosque in the world and built on the Atlantic shore. Part of the Mosque is