Pertempuran Akbar
Muhammad terpekur di sebuah bukit di luar kota Thaif. Sembari mengusap peluh dan tumitnya yang berdarah memanjatkan doa atas kelemahan-kelemahannya. Beberapa menit sebelumnya, dia terusir dengan begitu hina tatkala penduduk oasis yang subur tersebut menolak untuk mengikuti seruannya. Lemparan batu, hinaan dan caci maki justru yang dia terima.
Malaikat gunung yang mendengar rintihannya mendekat ,”Tuhan telah mengutusku untuk engkau perintah apa saja. Jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini di atas mereka.” Nabi yang suci menjawab,”Bahkan aku menginginkan agar Allah berkenan mengeluarkan dari anak-anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata.”
Sungguh agung…
Kal-el, yang diyakini sebagai anak Krypton terakhir sebelum planet tersebut hancur, dikirim ke bumi. Di tengah manusia-manusia yang lemah dibandingkan kemampuannya. Pertarungan mencari jati diri dan misi hidupnya apakah dia menjadi seorang yang akan menguasai bumi dan menjadi dewa di atas manusia atau hanya sekedar menjadi orang bumi biasa yang bertugas menyelamatkan bumi dari kehancuran.
Tetapi bukanlah Muhammad sang nabi Agung atau Kal-el yang akan kita bicarakan disini. Tetapi Saya, kamu, dia, mereka ya kita semua, manusia biasa, anak cucu Adam, anak-anak jagung. Betapa tidak mudah untuk menjadi orang biasa dengan kemampuan seperti itu. Saya berandai jika diriku dengan segala amarah yang ada, kecemburuan yang sering muncul, kefrustasian, dan ambisi dikaruniai kemampuan super seperti Kal-el. Apa yang akan terjadi?jika diriku sebagai manusia yang punya niat baik harus mengalami segala penolakan, pelecehan manusia padahal semua malaikat di barisanku, ridho Tuhan di tanganku. Apa yang terjadi?
Sebenarnya dalam level tertentu, kita sebagai manusia juga sering dihadapkan dengan keharusan mengambil keputusan-keputusan kritis seperti mereka. Dan kita pun sebagai manusia punya kemampuan yang luar biasa untuk bisa memberi pengaruh terhadap dunia dengan keputusan-keputusan kita. Tidak perlu punya kemampuan seperti Kal-el, atau kekayaan dan pengaruh seperti Lex Luthor untuk bisa mengharu biru dunia. Anda tidak percaya?
Cukup dimulai dari pilihan transportasi, pola transportasi apa, berapa banyak BBM yang digunakan sudah cukup member pengaruh apakah anda Kal-el (personifikasi penyelamat bumi) atau Lex Luthor (personifikasi perusak bumi). Gunakan saja Freon sebanyak-banyaknya, aerosol jelas anda sudah dapat melakukan hal yang bahkan seorang manusia seperti Muhammad tidak mampu lakukan yaitu melubangi langit. Atau dari pengalaman sementara ini yaitu popok bayi. Bayi kami setidaknya membutuhkan satu popok sekali pakai dalam sehari. Coba bayangkan berapa jika setahun atau maksimal dua tahun, berapa banyak sampah yang jelas tidak bisa direcycle kami sumbangkan untuk merusak tanah. Belum lagi plastik. Dari data yang saya baca kertas yang digunakan untuk popok berasal dari pohon dan plastiknya berasal dari minyak bumi. Untuk membuat 500 popok sekali pakai dibutuhkan sebuah pohon. Rata-rata bayi membutuhkan 1500 popok sekali pakai (data di negara maju) dalam setahun artinya dibutuhkan 3 pohon untuk seorang bayi untuk pemakaian popok selama setahun. Coba bayangkan berapa hutan harus digunduli untuk sekedar membuat popok. Popok bayi merupakan 4 persen dari total sampah rumah tangga.Betul, kerusakan bumi yang kita timbulkan jelas tidak se-spontan jika Kal-el mengamuk.
Hal tersebut di atas adalah perbuatan kita secara lahiriah. Bagaimana dengan tingkah batin kita, apakah apa yang terbatin tidak akan didengar malaikat seperti batinnya Muhammad. Dalam diam, kebencian, dendam, kutukan tidaklah akan hilang begitu saja ketika tidak dilahirkan. Letupan-letupan batin tersebut akan mengambang, bergentayangan, mendesak mencari jalan keluar untuk dilahirkan. Entah dalam bentuk apa. Tidak ada yang sia-sia dalam alam semesta ini. Oleh karena itu, dikatakan be careful of what you wish for. Apa jadinya jika terbersit saja dalam batin Muhammad, “kalian akan menerima balasannya.” Hal itu sudah cukup alasan bagi malaikat gunung menunjukkan kemampuannya. Bukankah banyak pemikiran-pemikiran yang saling penuh kebencian yang kita punyai sebagai masyarakat bukan muncul dalam sekejap-dua kejap. Perasaan-perasaan penuh dengki mengendap, diwariskan dari generasi ke generasi. Banyak sekali perasaan negatif kita terhadap kaum lainnya sering kita tidak tahu darimana asalnya, kapan dan bagaimana lahirnya. Perasaan-perasaan tersebut menunggu alasan dan waktu yang tepat untuk dilahirkan.
Betapa luar biasanya kemampuan kita sebagai manusia. Untuk melestarikan atau untuk menghancurkan. Karena itulah gunung-gunung dan makhluk lainnya lebih memilih tidak menerima kuasa ini ketika Tuhan menawarkannya, tapi manusia lah yang bersedia. Manusia begitu bodoh, tapi juga bisa sebaliknya.
Pantaslah Nabi Salallahu alaihi wassalam mengatakan belum seberapa peperangan antara 300 melawan seribu atau lebih banyak lagi. Peperangan yang lebih besar selalu menanti, peperangan yang muncul dengan senyap, peperangan tanpa senjata-senjata. Tapi peperangan inilah penentu masa depan manusia. Peperangan yang tidak antithesis perdamaian. Peperangan yang justru dibutuhkan untuk mencapai perdamaian yang hakiki. Peperangan abadi dalam diri.
Malaikat gunung yang mendengar rintihannya mendekat ,”Tuhan telah mengutusku untuk engkau perintah apa saja. Jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini di atas mereka.” Nabi yang suci menjawab,”Bahkan aku menginginkan agar Allah berkenan mengeluarkan dari anak-anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata.”
Sungguh agung…
Kal-el, yang diyakini sebagai anak Krypton terakhir sebelum planet tersebut hancur, dikirim ke bumi. Di tengah manusia-manusia yang lemah dibandingkan kemampuannya. Pertarungan mencari jati diri dan misi hidupnya apakah dia menjadi seorang yang akan menguasai bumi dan menjadi dewa di atas manusia atau hanya sekedar menjadi orang bumi biasa yang bertugas menyelamatkan bumi dari kehancuran.
Tetapi bukanlah Muhammad sang nabi Agung atau Kal-el yang akan kita bicarakan disini. Tetapi Saya, kamu, dia, mereka ya kita semua, manusia biasa, anak cucu Adam, anak-anak jagung. Betapa tidak mudah untuk menjadi orang biasa dengan kemampuan seperti itu. Saya berandai jika diriku dengan segala amarah yang ada, kecemburuan yang sering muncul, kefrustasian, dan ambisi dikaruniai kemampuan super seperti Kal-el. Apa yang akan terjadi?jika diriku sebagai manusia yang punya niat baik harus mengalami segala penolakan, pelecehan manusia padahal semua malaikat di barisanku, ridho Tuhan di tanganku. Apa yang terjadi?
Sebenarnya dalam level tertentu, kita sebagai manusia juga sering dihadapkan dengan keharusan mengambil keputusan-keputusan kritis seperti mereka. Dan kita pun sebagai manusia punya kemampuan yang luar biasa untuk bisa memberi pengaruh terhadap dunia dengan keputusan-keputusan kita. Tidak perlu punya kemampuan seperti Kal-el, atau kekayaan dan pengaruh seperti Lex Luthor untuk bisa mengharu biru dunia. Anda tidak percaya?
Cukup dimulai dari pilihan transportasi, pola transportasi apa, berapa banyak BBM yang digunakan sudah cukup member pengaruh apakah anda Kal-el (personifikasi penyelamat bumi) atau Lex Luthor (personifikasi perusak bumi). Gunakan saja Freon sebanyak-banyaknya, aerosol jelas anda sudah dapat melakukan hal yang bahkan seorang manusia seperti Muhammad tidak mampu lakukan yaitu melubangi langit. Atau dari pengalaman sementara ini yaitu popok bayi. Bayi kami setidaknya membutuhkan satu popok sekali pakai dalam sehari. Coba bayangkan berapa jika setahun atau maksimal dua tahun, berapa banyak sampah yang jelas tidak bisa direcycle kami sumbangkan untuk merusak tanah. Belum lagi plastik. Dari data yang saya baca kertas yang digunakan untuk popok berasal dari pohon dan plastiknya berasal dari minyak bumi. Untuk membuat 500 popok sekali pakai dibutuhkan sebuah pohon. Rata-rata bayi membutuhkan 1500 popok sekali pakai (data di negara maju) dalam setahun artinya dibutuhkan 3 pohon untuk seorang bayi untuk pemakaian popok selama setahun. Coba bayangkan berapa hutan harus digunduli untuk sekedar membuat popok. Popok bayi merupakan 4 persen dari total sampah rumah tangga.Betul, kerusakan bumi yang kita timbulkan jelas tidak se-spontan jika Kal-el mengamuk.
Hal tersebut di atas adalah perbuatan kita secara lahiriah. Bagaimana dengan tingkah batin kita, apakah apa yang terbatin tidak akan didengar malaikat seperti batinnya Muhammad. Dalam diam, kebencian, dendam, kutukan tidaklah akan hilang begitu saja ketika tidak dilahirkan. Letupan-letupan batin tersebut akan mengambang, bergentayangan, mendesak mencari jalan keluar untuk dilahirkan. Entah dalam bentuk apa. Tidak ada yang sia-sia dalam alam semesta ini. Oleh karena itu, dikatakan be careful of what you wish for. Apa jadinya jika terbersit saja dalam batin Muhammad, “kalian akan menerima balasannya.” Hal itu sudah cukup alasan bagi malaikat gunung menunjukkan kemampuannya. Bukankah banyak pemikiran-pemikiran yang saling penuh kebencian yang kita punyai sebagai masyarakat bukan muncul dalam sekejap-dua kejap. Perasaan-perasaan penuh dengki mengendap, diwariskan dari generasi ke generasi. Banyak sekali perasaan negatif kita terhadap kaum lainnya sering kita tidak tahu darimana asalnya, kapan dan bagaimana lahirnya. Perasaan-perasaan tersebut menunggu alasan dan waktu yang tepat untuk dilahirkan.
Betapa luar biasanya kemampuan kita sebagai manusia. Untuk melestarikan atau untuk menghancurkan. Karena itulah gunung-gunung dan makhluk lainnya lebih memilih tidak menerima kuasa ini ketika Tuhan menawarkannya, tapi manusia lah yang bersedia. Manusia begitu bodoh, tapi juga bisa sebaliknya.
Pantaslah Nabi Salallahu alaihi wassalam mengatakan belum seberapa peperangan antara 300 melawan seribu atau lebih banyak lagi. Peperangan yang lebih besar selalu menanti, peperangan yang muncul dengan senyap, peperangan tanpa senjata-senjata. Tapi peperangan inilah penentu masa depan manusia. Peperangan yang tidak antithesis perdamaian. Peperangan yang justru dibutuhkan untuk mencapai perdamaian yang hakiki. Peperangan abadi dalam diri.
Komentar